Buat akun gratis dalam 5 menit! Daftar sekarang

Blog

Dapatkan update terbaru terkait industri fintech, produk Xendit dan dapatkan tips untuk mengembangkan produk Anda.

Tantangan Bisnis B2B dan Pemberdayaannya Melalui Sistem Pembayaran Terintegrasi

diaz
Terakhir diperbarui: Mei 31, 2024
 •  4 min read

Tantangan Bisnis B2B dan Pemberdayaannya Melalui Sistem Pembayaran Terintegrasi

Bank Indonesia mencatat transaksi e-commerce sepanjang 2021 mencapai Rp 401 triliun dan diperkirakan naik 31% menjadi Rp 526 triliun pada tahun ini. Penambahan nilai dipengaruhi oleh perubahan cara berbelanja masyarakat yang berganti pada ranah digital, dimana juga turut ditunjang oleh perubahan bisnis yang memudahkan masyarakat dalam bertransaksi. Hal ini memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan model bisnis business to business (B2B) yang menawarkan kesempatan lebih luas dengan pasar yang masif.

Skema bisnis B2B memiliki jangkauan pasar yang lebih luas, dengan pilihan beragam produk dan servis, ketersediaan stok, hingga harga yang transparan dan bersaing. Menyasar toko tradisional seperti ruko dan warung hingga rintisan UMKM di e-commerce, pelaksanaan bisnis B2B ini juga tak bisa lepas dari sistem management yang baik. Hal ini diperlukan untuk menghindari beberapa kendala yang biasanya dihadapi oleh para pelaku bisnis B2B.

Baca juga: Melihat Potensi Bisnis B2B di Indonesia

Studi Kasus terhadap Tantangan Bisnis B2B

Perhitungan manual dan efektivitas karyawan

Penetapan harga pasar yang berbeda-beda dalam skema bisnis B2B berpengaruh pada biaya operasional didalamnya. Maka, tim keuangan di perusahaan akan memiliki pola perhitungan yang juga berbeda dan harus diteruskan kepada masing-masing mitra bisnis. Hal ini berdampak pada efisiensi kinerja karyawan, terlebih jika semuanya masih menggunakan sistem manual.

Salah satu merchant kami di bidang B2B logistik juga memiliki masalah yang serupa, dimana tim keuangan mereka harus bekerja lebih ekstra untuk mengelola biaya operasional seperti perhitungan komisi dan pembayaran lain kepada pihak ketiga. Dengan jumlah mitra dan jaringan pengemudi yang besar, pegawai membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pengecekan dan berimbas pada tambahan biaya operasional. 

Potensi human error

Tidak semua pebisnis memiliki aplikasi yang mendukung kinerja perusahaan. Maka dari itu beberapa pekerja masih menggunakan metode manual untuk pencatatan dan perhitungan keuangan melalui aplikasi seperti Ms Excel dan sejenisnya. Jika data yang dimiliki ada dalam skala besar, hal ini berpotensi menghasilkan kesalahan perhitungan yang disebabkan oleh kesalahan pekerja atau human error, dimana nilai yang tercatat bisa lebih kecil atau lebih besar daripada seharusnya.

Seperti yang dialami oleh satu perusahaan perangkat lunak (SaaS) yang bergerak di bidang pendidikan, dimana masing-masing perhitungan komisi sekolah dilakukan secara manual setiap bulan. Potensi kesalahan perhitungan akibat human error pun kerap terjadi, yang menyebabkan tim perusahaan harus bekerja dua kali untuk melakukan cross check dalam setiap kesalahan transaksi.

Waktu penyelesaian perhitungan yang lebih lama

Setiap transaksi bisnis selesai, tentu diperlukan proses penyelesaian (settlement) untuk mencatat data transaksi seperti: jumlah pendapatan, tanggal transaksi, hingga produk dan jumlah stok yang tersisa setelah penjualan. Kegiatan ini lebih baik dilakukan langsung setelah transaksi selesai, baik itu di waktu kerja maupun di hari libur terlebih jika bisnis yang dilakukan beroperasi setiap hari.

Salah satu pengalaman mitra kami yang bergerak di bidang voucher game online mengalami kesusahan dalam melakukan proses settlement. Hal ini dikarenakan pembelian yang cukup masif dan berkala dari konsumen di setiap waktu. Akibatnya, beberapa pelanggan tidak bisa menerima produk dalam waktu yang cepat (real time).

Penurunan pendapatan karena keterbatasan teknologi

Bisnis B2B memiliki skala pasar besar dan kompleks mengingat banyaknya mitra penjualan yang melakukan berbagai macam transaksi yang berbeda dalam waktu bersamaan. Seperti salah satu perusahaan mitra kami yang bergerak dibidang minyak dan gas yang memiliki tantangan ketika harus bisa menjual beberapa produk tanpa fitur bantuan otomatis karena masih terkendala teknologi. Akibatnya, terdapat penurunan pendapatan karena pembeli tidak mendapatkan produk yang mereka inginkan.

Baca juga: 4 Contoh Sukses Penerapan Content Marketing B2B

xenPlatform Sebagai Solusi Perkembangan Bisnis B2B

Melihat segala tantangan pengelolaan bisnis B2B, diperlukan sebuah aplikasi untuk bisa melakukan ragam keperluan penunjang bisnis supaya pertumbuhan pasar B2B bisa terus berjalan dan berkembang. Di Xendit, kami memiliki xenPlatform, sebuah platform bisnis yang memungkinkan Anda, para pemilik bisnis B2B, untuk melakukan beragam fitur yang memudahkan transaksi keuangan bisnis Anda. 

Beberapa fitur dalam xenPlatform, diantaranya:

Melakukan pembayaran ke banyak pihak dalam satu waktu

Tinggalkan semua berkas manual dan gunakan xenPlatform untuk bisa mengakses data dan rincian pembayaran dalam satu pintu. Mulai dari perhitungan biaya hingga pencairan dana ke masing-masing mitra bisnis, semua bisa dilakukan di sini. xenPlatform juga memiliki tampilan UI yang memudahkan proses transaksi hingga checkout antar merchant yang berjalan otomatis melalui sistem API.

Membuat dan mengaktifkan sub-akun dalam skala besar

Gabungkan mitra Anda dengan membuat sub-akun secara mudah melalui panggilan API. Atau, undang mitra Anda untuk membuat sub-akun sendiri melalui tautan yang anda bagikan. Dalam semua akun, Anda bisa memilih dan mengatur kontrol yang bisa dimiliki para penjual. Seperti menerima, membagikan dan mengirimkan pembayaran atas nama sub-akun tersebut.

Mengelola aliran pembayaran dan memonitor transaksi

xenPlatform juga bisa membantu Anda untuk memastikan pembayaran diterima oleh pihak yang tepat dengan jumlah yang tepat, di waktu yang tepat. Ragam transaksi seperti pembagian (split) pembayaran antar akun, pengembalian dana (refund), komisi, mengirim cashback dan bonus, hingga transfer yang bisa digunakan tanpa batas. Semuanya bisa dilakukan secara otomatis hingga mengantisipasi kesalahan human error pada transaksi manual.

Tak hanya itu, Anda juga bisa melakukan monetisasi dengan manajemen akun yang terpusat. Akun dan pembayaran dicatat pada satu dashboard sehingga Anda bisa melacak status onboarding mitra dalam satu halaman, mengunduhnya, dan melakukan evaluasi dari tren transaksi dari setiap mitra.

Baca juga: Strategi Digital Marketing yang Cocok untuk B2B 

Aktifkan xenPlatform sekarang juga!XenPlatform screenshoot

Jika Anda terdaftar sebagai pemilik PT/CV/Yayasan, Anda bisa langsung mengaktifkan xenPlatform dari halaman dashboard. Namun, jika Anda terdaftar sebagai pemilik bisnis perseorangan, customer success kami siap membantu untuk mengaktifkan xenPlatform melalui live chat atau email di [email protected].

Tentang Xendit

Xendit adalah perusahaan teknologi financial (fintech) yang menyediakan solusi layanan pembayaran dengan mudah untuk segala bisnis mulai dari UMKM, e-commerce start up, hingga perusahaan besar di Indonesia, Filipina, dan Asia Tenggara. Xendit memungkinkan bisnis anda untuk menerima beragam metode pembayaran mulai dari virtual account, QR code, kartu debit dan kredit, dompet digital (eWallet), gerai retail, hingga beragam pilihan cicilan.

Bagi pebisnis, kini memiliki banyak pilihan metode pembayaran merupakan suatu kebutuhan untuk meraih lebih banyak customer. Ada lebih dari 2000 UMKM yang telah menggunakan Xendit sebagai pilihan payment gateway mereka. Bergabunglah dengan kami, dan nikmati kenyamanan dalam bertransaksi digital untuk bisnis online Anda!

Pelajari lebih lanjut mengenai Xendit, daftar, dan langsung coba aplikasi dashboard kami!

Artikel terkait

Learn more about Indonesia’s digital economy

  • Indonesia has one of the fastest expanding digital economies in the SEA region with an annual growth rate of 40%
  • The country’s Internet economy is expected to reach $130 billion by 2025
  • By 2023, e-Wallet transaction value is estimated to reach $25 billion

Learn more about Philippines digital economy

  • During the pandemic, 52% of Filipinos shopped online for the first time. The Philippines internet economy is expected to grow at 30% and valued at US$28 billion by 2025.
  • Many consumers have since gone cashless and increased usage of digital payment methods — debit cards, mobile wallets, and bank transfers.
You’re currently on our [current] site. Would you like to visit our [suggest] site instead?