Siklus hidup konten adalah proses yang dilalui oleh sebuah konten digital dari yang semula tidak ada menjadi ada. Siklus hidup konten bersifat dinamis, dan memiliki perbedaan dari satu konten dengan konten lainnya.
Seperti halnya makhluk hidup, konten hidup dalam siklus kehidupan yang berbeda bergantung pada jenis kontennya. Cara terbaik untuk memahami siklus hidup konten adalah dengan memvisualisasikan konten tersebut sebagai objek yang konkret, misalnya gambar logo.
Sebuah logo juga memiliki siklus hidup yang serupa dengan makhluk hidup – ia memiliki awal, tengah, dan akhir.
Siklus hidup konten juga didefinisikan sebagai tahapan yang dilalui sebuah konten dari mulai pembuatannya hingga konten tersebut dihapuskan.
Ketika Anda mencari tentang siklus hidup konten di internet, Anda akan mendapatkan jawaban yang bervariasi, mulai dari paling sedikit dua tahapan, dan paling banyak 12 tahapan. Berapapun jumlah tahapan yang harus dilalui konten Anda, kuncinya adalah konsistensi.
Pada umumnya, siklus hidup konten memiliki tujuh tahapan, yakni:
- Ideation (Penggagasan)
- Creation (Pembuatan)
- Contribution (Kontribusi)
- Storage (Penyimpanan)
- Versioning (Versi)
- Publication (Publikasi)
- Analyzation (Analisis)
Berikut penjelasan dari masing-masing poin di atas:
1. Ideation
Meski ada banyak variasi dalam tahapan siklus hidup konten, hampir semua orang setuju bahwa fase ideation harus didahulukan. Dalam tahap ini, semua orang yang terlibat dalam proses produksi konten harus berada di ruang yang sama untuk berdiskusi konten seperti apa yang akan dibuat.
Anda juga perlu membuat semacam aturan atau SOP yang dapat dijadikan pedoman ketika tim Anda sedang merumuskan gagasan, sehingga ide yang diperoleh nantinya akan selalu konsisten dan sesuai dengan karakteristik bisnis Anda.
2. Creation
Pada tahap inilah konten Anda diwujudkan, baik oleh penulis, desainer, videografer, atau anggota tim Anda yang lain. Semua ide ataupun gagasan yang diperoleh pada tahap pertama harus diimplementasikan pada tahap ini.
Inilah tahapan yang umumnya membutuhkan waktu lebih banyak. Anda mungkin perlu memberikan dukungan kepada content creator, agar konten yang dihasilkan lebih berkualitas.
3. Contribution
Sebagian besar tahapan dalam kontribusi kembali ke pedoman atau aturan yang dibuat di tahap pertama.
Selama tahap kontribusi, banyak orang akan ikut terlibat, mengedit, meninjau, maupun menambahkan konten. Pastikan bahwa semua orang yang terlibat telah memahami apa visi misi perusahaan, siapa target audiens, dan bagaimana tone of voice dari brand Anda.
Terkadang, terlalu banyak orang yang terlibat justru dapat menyebabkan konten tersebut kehilangan fokus, jadi tim Anda harus selalu berpedoman dengan aturan atau SOP yang telah Anda buat.
4. Storage
Tahapan ini berkaitan dengan bagaimana Anda menyimpan konten yang telah dibuat. Ingatlah bahwa Anda mungkin akan memproduksi konten dalam jumlah yang sangat besar dalam jangka waktu tertentu, sehingga Anda membutuhkan tempat penyimpanan yang dapat memudahkan Anda ketika akan mencari konten tersebut sewaktu-waktu.
5. Versioning
Versioning berkaitan dengan cara pengeditan konten yang memungkinkan sebuah kritik dapat diterapkan dengan mudah. Sepanjang siklus hidup konten, banyak orang ikut terlibat, sehingga konten Anda sangat mungkin mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
Versioning memungkinkan Anda dapat melacak evolusi konten dari versi paling awal sampai dengan versi paling baru. Ketika versi terbaru dari konten Anda ternyata tidak sesuai dengan harapan, Anda dapat kembali ke versi sebelumnya dengan mudah berkat adanya tahapan ini dalam siklus hidup konten Anda.
6. Publication
Publikasi dapat berupa berbagai bentuk. Konten Anda dapat dilihat sebagai artikel, landing page, email marketing, video, infografis, atau bahkan podcast. Semua bergantung pada siapa target audiens Anda dan tujuan dari konten itu sendiri.
Setelah Anda menentukan format dari konten tersebut, pastikan untuk mengujinya di berbagai platform publikasi untuk memastikan kualitas dari konten tersebut. Misalnya, di ponsel vs laptop, Chrome vs Firefox, Android vs Iphone, dll.
7. Analisis dan Pengulangan
Setelah Anda mempublikasikan, saatnya untuk menganalisis konten tersebut. Beberapa konten mungkin perlu dihapus jika performanya memang mengecewakan. Anda juga perlu mengarsipkan beberapa konten sebagai bagian dari “kenangan” bisnis Anda.
Dengan kata lain, konten yang disimpan ini dapat berfungsi sebagai bukti bahwa Anda memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam bidang industri tersebut. Konten ini juga dapat digunakan sebagai referensi ketika Anda akan membuat konten yang serupa di masa mendatang. Setelah proyek konten berikutnya muncul, siklus ini akan terus berulang dan berulang.
Demikian pembahasan mengenai 7 tahapan siklus hidup konten dalam strategi content marketing. Ingin bisnis Anda semakin berkembang? Integrasikan website toko online Anda dengan payment gateway agar bisa menerima pembayaran secara langsung di website Anda.
Xendit adalah payment gateway terbaik di Indonesia yang dapat membantu bisnis Anda semakin berkembang. Dengan adanya payment gateway Xendit, semua transaksi online Anda akan berjalan secara otomatis tanpa perlu konfirmasi manual.
Xendit juga telah menggunakan API CyberSource yang merupakan perusahaan pengelola pembayaran terbesar di dunia yang berada di bawah naungan VISA, sehingga bisnis Anda akan mendapatkan nilai lebih di mata konsumen dalam hal keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi.
Daftar sekarang juga dan nikmati layanan free trial dari Xendit dengan fitur-fitur lengkap, full support dari tim Xendit, serta transisi mudah untuk aktivasi akun pemilik usaha. Apabila memiliki pertanyaan lainnya terkait produk Xendit, Anda bisa menghubungi tim Xendit melalui contact us.